Minggu, 22 Juli 2012

Contoh Proposal PTK


Bab I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan negara republik Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini membuktikan bahwa upaya mencerdaskan bangsa merupakan tugas negara yang sangat penting. Kemajuan suatu bangsa akan tercapai jika dibangun oleh masyarakat yang cerdas. Semua bangsa di dunia tentu akan beranggapan sama bahwa pendidikan itu kunci utama dalam kemajuan suatu bangsa. Karena dengan pendidikan yang baik akan menciptakan kehidupan suatu bangsa yang cerdas. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya yang berkesinambungan untuk selalu meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini. Sebab tentu saja dalam pelaksanaan pendidikan tersebut akan menemukan berbagai kendala yang harus dihadapi.
Salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Pada kenyataannya proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada usaha meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal materi, siswa dipaksa untuk menerima dan mengingat berbagai materi tanpa dituntut untuk memahami materi yang diingatnya itu secara utuh untuk mereka hubungkan dengan kehidupan sehari-hari, serta untuk menyelesaikan masalah yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Di lapangan dapat kita lihat banyak peserta didik yang memiliki tingkat hafalan yang sangat baik tentang materi ajar yang mereka terima di kelas. Namun pada kenyataannya mereka tidak memahaminya, karena guru dalam proses pembelajarannya seringkali menggunakan sesuatu yang abstrak, metode yang tidak tepat serta tidak pernah merangsang siswa untuk ikut memikirkan dan memahami materi yang guru berikan. Pembelajaran seperti ini sangat melelahkan dan membosankan. Hal tersebut memang benar adanya, karena untuk mata pelajaran yang mengandung beberapa konsep yang harus dihafal akan menjadi sangat membosankan bahkan tidak akan disukai jika dalam pembelajarannya guru hanya menerapkan metode atau model yang tidak dapat merangsang siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah tanpa melibatkan siswa dalam pembelajaran tidak akan efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Penerapan pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang tepat serta menantang siswa secara intelektual akan menjadikan pelajaran IPS sebagai pelajaran yang diminati dan disukai siswa.
Mengingat sangat pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi guru untuk membentuk dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa melalui proses pembelajaran yang tepat. Guru harus dapat memilih metode atau model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa untuk memberi pemahaman yang kuat pada diri siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam pembelajaran IPS adalah model Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model yang menekankan pada aktivitas belajar siswa yang aktif. Dalam proses pembelajaran dengan model PBL ini guru bertindak hanya sebagai fasilitator, sebaliknya siswa sebagai pembelajar yang aktif mencari sumber yang kemudian mempertanggung jawabkan sumber yang telah mereka dapatkan itu dalam bentuk diskusi dan berargumen secara kritis. Dengan menggunakan model PBL ini proses pembelajaran yang menjenuhkan dan terfokus pada guru mulai beralih pada pembelajaran yang aktif dari siswa yang akan lebih melatih siswa untuk berpikir secara kritis. Berdasarkan permasalahan yang menyangkut kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung, penulis tertarik untuk menerapkan model PBL dalam penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII di SMPN 12 Bandung. Adapun judul penelitian ini adalah Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS”

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, terdapat masalah umum dalam pembelajaran IPS yaitu, rendahnya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Masalah tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana guru merencanakan dan merancang persiapan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPS dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?
2.      Bagaimana pelaksanaan penerapan rancangan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dalam proses pembelajaran IPS di kelas?
3.      Bagaimana pengaruh penerapan model PBL dalam mata pelajaran IPS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

C.     Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMPN 12 Bandung dalam pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas.
2.      Tujuan Khusus
Dalam penelitian ini, penulis menetapkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1)      Mengetahui proses perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model PBL di SMPN 12 Bandung.
2)      Mengetahui proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model PBL di SMPN 12 Bandung.
3)      Mengetahui hasil pembelajaran IPS dengan menggunakan model PBL di SMPN 12 Bandung.

D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis
Penelitian ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran IPS di kelas. Untuk dijadikan bahan kajian bagi peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Sangat bermanfaat sebagai salah satu acuan para guru IPS dalam mengembangkan model pembelajaran dalam pembelajaran IPS.
2.      Manfaat Praktis
Dari aspek praktis, penelitian ini memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah dapat memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan guru dalam proses pembelajaran IPS yang lebih inovatif. Dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariatif, guru sebagai pendidik dapat memberikan materi pelajaran IPS dalam satu kesatuan yang menarik dan lengkap. Dengan menggunakan model PBL, akan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.     Pembelajaran

1.      Konsep Pembelajaran

a.       Pengertian Pembelajaran
Hakikat pembelajaran menurut Djahiri, pembelajaran memuat makna dua proses kegiatan ialah kegiatan belajar siswa (KBS) dan kegiatan perencanaan serta pelaksanaan/mengajar guru (KMG). KBS adalah hal yang paling utama dan menjadi penjuru dari seluruh perancangan pengajaran maupun proses dan perolehan hasilnya. Menurut Hamalik (2001: 57) bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, serta prosedur yang saling mempengaruhi terciptanya tujuan pembelajaran. Menurut Knirk dan Gustafson (dalam Syaiful Sagala, 2007: 64) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks KBM.
b.      Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat memiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Menurut KBK 2002, tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)      Berpusat pada siswa
2)      Belajar dengan melakukan
3)      Mengembangkan kemampuan sosial
4)      Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan
5)      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
6)      Mengembangkan kreativitas siswa
7)      Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik
8)      Perpaduan kompetensi, kerja sama, dan solidaritas. (KBK, 2002: 15-16)

c.       Mekanisme Pembelajaran
Mekanisme pembelajaran ini dibagi dalam beberapa pokok bahasan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi, serta tahap tindak lanjut. Pemaparan mengenai empat tahapan pembelajaran sebagai berikut:
1)      Tahap persiapan
Tahap persiapan diawali dengan kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang menjadi kewenangannya, merupakan modal bagi terlaksananya proses pembelajaran yang baik.
2)      Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan proses pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipadu dan dibuat dinamis oleh guru.
3)      Tahap evaluasi
Evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengungkap taraf keberhasilan proses pembelajaran, khususnya untuk mengukur hasil belajar siswa. Evaluasi yang baik adalah alat ukur yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable), dan memadai (adequate).
4)      Tahap tindak lanjut
Tahap lebih lanjut dari proses pembelajaran dapat dibagi menjadi dua tahapan yakni, promosi dan rehabilitasi. Promosi adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan lebih lanjut akan keberhasilan siswa. Sedangkan rehabilitasi adalah perbaikan atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran, khususnya apabila terjadi tingkat keberhasilan siswa yang kurang memadai.

2.      Pendekatan, Strategi, Model, Metode, dan Teknik Dalam Pembelajaran

a.       Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Menurut Roy Killen (1988), ada dua pendekatan dalam pembelajaran , yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Menurutnya, pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung, pendekatan deduktif atau pembelajaran ekspositori serta pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta strategi pembelajaran induktif.
b.      Strategi Pembelajaran
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Dick and Carey (1985) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu pengaturan materi dan prosedur pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa. (Dalam Wina Sanjaya, 2008 Dikutip Dari Eki P.Sidik, 2010: 19) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.

c.       Metode Pembelajaran
Metode adalah proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan alat dimana belajar menjadi aktif (Aziz Wahab, 2007: 83). Adapun metode pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008: 125) merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan strategi. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diataranya:
1)      Ceramah
2)      Demonstrasi
3)      Diskusi
4)      Simulasi
5)      Laboratorium
6)      Pengalaman lapangan
7)      Brainstorming
8)      Debat
9)      Simposium

d.      Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Contohnya, bagaimana cara agar metode ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Seorang guru bisa saja menggunakan berbagai jenis teknik untuk mengimplementasikan metode yang sama.
e.       Model Pembelajaran
Menurut Millis, model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990 yang dikutip dari Eki P. Sidik, 2010: 21) mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu:
1)      Model interaksi sosial
2)      Model pengolahan informasi
3)      Model personal-humanistik
4)      Model modifikasi tingkah laku
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

B.     Model Problem Based Learning (PBL)

A.     Konsep Model Problem Based Learning (PBL)

1.      Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Menurut Prof. Howard Barrows dan Kelson, Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Sedangkan menurut Dutch (1994), PBL merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang mengetengahkan permasalahan yang menuntut siswa secara bersama-sama untuk aktif dalam proses berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai dengan permasalahannya itu.
2.      Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Karakteristik yang tercakup dalam proses PBL menurut Tan diantaranya adalah:
·        Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran
·        Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured)
·        Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple perspective). Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
·        Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
·        Sangat mengutamakan belajar mandiri
·        Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
·        Pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa belajar dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.

3.      Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)

Adapun prosesnya adalah sebagai berikut:

1)      Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Setelah sebelumnya dipaparkan sebuah masalah oleh guru, langkah satu ini merupakan langkah untuk memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dan konsep yang muncul dari masalah yang sebelumnya telah dipaparkan.

2)      Merumuskan masalah
Dari masalah yang ada maka akan memunculkan berbagai fenomena. Fenomena yang ada dalam masalah menuntut berbagai penjelasan hubungan-hubungan yang terjadi diantara fenomena itu. Hal ini dimaksudkan karena terkadang masih ada hubungan yang belum nyata atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas terlebih dahulu.

3)      Menganalisis masalah
Pada langkah ini, setiap anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan yang telah dimiliki terkait dengan masalah. Setiap anggota kelompok dalam tahap ini melakukan proses curah gagasan.

4)      Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya secara dalam
Pada langkah empat ini bagian-bagian yang sudah dianalisis tersebut dilihat keterkaitannya satu sama lain dan dikelompokkan, mana yang saling menunjang, dan mana yang bertentangan.

5)      Memformulasikan tujuan pembelajaran
Pada langkah ini, kelompok memformulasikan pembelajaran berdasarkan pada pengetahuan yang pada tahapan sebelumnya dirasakan masih kurang dan masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang telah dibuat pada tahap sebelumnya sebagai dasar gagasan yang akan dibuat di laporan pada tahap berikutnya.

6)      Mencari informasi tambahan dari sumber lain
Pada tahap ini, semua anggota kelompok harus mencari informasi yang belum dimiliki itu berpedoman pada tujuan pembelajaran yang telah dibuat. Setiap anggota kelompok harus mampu belajar mandiri secara efektif untuk mencari berbagai informasi yang relevan yang telah ditemukan itu dibentuk sebuah laporan atau makalah yang akan dibahas pada tahap mensintesa.

7)      Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk guru/kelas
Pada langkah ini kelompok sudah membuat sebuah makalah yang berisi gabungan dari berbagai informasi yang relevan yang telah mereka cari sebelumnya. Di tahap ini siswa dituntut memiliki keterampilan meringkas, mempresentasikan, dan mendiskusikan makalah.

4.      Manfaat model Problem Based Learning (PBL)
Adapun manfaat dari model PBL sebagaimana dijelaskan oleh M. Taufik Amir (2009) diantaranya adalah:

1.      Menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahaman siswa atas materi ajarnya.
2.      Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3.      Mendorong untuk berpikir
4.      Membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial
5.      Membangun kecakapan hidup
6.      Meningkatkan motivasi siswa

5.      Kelebihan dan kekurangan model Problem Based Learning (PBL)

Sebagai strategi pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1.      Peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
2.      Peserta didik mempunyai keterampilan mengatasi masalah.
3.      Peserta didik mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
4.      Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen.
5.      Keterampilan berpikir tingakt tinggi.
PBL merupakan model yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Karena dalam prosesnya PBL menuntut siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, tanpa dibatasi oleh buku-buku sebagai sumber belajar yang sering guru berikan pada siswa. PBL dapat memberikan siswa pengetahuan baru, dapat membuka wawasan terhadap masalah-masalah aktual yang sedang terjadi. Selain itu, PBL dapat melatih siswa untuk berpikir kritis dan didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya.
Selain mempunyai kelebihan, PBL juga memiliki kekurangannya, diantaranya:
1.      Manakala siswa tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
4.      Memungkinkan peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.
5.      Memungkinkan peserta didik kesulitan dalam memproses sejumlah data dan informasi dalam waktu singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.
Kekurangan PBL terdapat pada penerapan PBL itu sendiri dengan langkah-langkah pembelajaran yang membutuhkan waktu yang lama. Keberhasilan PBL yang akan dicapai tidak cukup dalam satu pertemuan melainkan harus lebih dari satu pertemuan. Selain itu kekurangan PBL terletak pada pembuatan makalah atau laporan.

B.      Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran IPS

Dalam pembelajaran IPS, model PBL ini memang tergolong masih baru. Akan tetapi dalam pembelajaran IPS telah sering diterapkan model pemecahan masalah. Penerapan model PBL dalam pembelajaran IPS dikatakan sangat cocok karena pembelajaran IPS erat kaitannya dengan berbagai isu sosial yang terjadi dalam lingkungan siswa.

C.     Kemampuan Berpikir Kritis

1.      Pengertian Kemampuan Berpikir
Menurut Sumantri (1981), berpikir adalah suatu proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti pemikiran tertentu yang pada akhirnya sampai pada kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sejalan dengan Sumantri, Bloom (1965) telah mengembangkan sebuah konsep tentang kemampuan berpikir yang dikenal dengan taksonomi Bloom. Dalam konsep ini, tujuan pendidikan diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Adapun kemampuan berpikir termasuk ke dalam bagian kognitif karena bagian kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan, dan keahlian mentalitas.


2.      Jenis-Jenis Kemampuan Berpikir
Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

1.      Berpikir logis
Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.

2.      Berpikir Sistematis
Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efisien.

3.      Berpikir Analitis
Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, merinci, dan menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasarkan perasaan atau tebakan.
                        Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif.
                        Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau hingga seseorang itu menyerah. Pengertian ini menunjukan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. Berpikir kreatif juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.

3.      Pengertian Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Sedangkan menurut Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi.

4.      Karakteristik Berpikir Kritis
Pernyataan tersebut ditegaskan oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi:
1.      Analisis
2.      Sintesis
3.      Pengenalan masalah dan pemecahannya
4.      Kesimpulan
5.      Penilaian
Menurut  Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yang meliputi:
a)      Kegiatan merumuskan pertanyaan
b)      Membatasi permasalahan
c)      Menguji data-data
d)      Menganalisis berbagai pendapat dan bias
e)      Menghindari pertimbangan yang sangat emosional
f)        Menghindari penyederhanaan berlebihan
g)      Mempertimbangkan berbagai interpretasi
h)      Mentoleransi ambiguitas
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu:
A.     Watak
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

B.     Kriteria
Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda.

C.     Argumen
Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

D.     Pertimbangan atau pemikiran
Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

E.      Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang berbeda.

F.      Prosedur penerapan kriteria
Prosedur penerapan kriteria meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

5.      Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Seseorang yang dikatakan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator. Ennis (1985: 54-56) membagi indikator kemampuan berpikir kritis menjadi lima kelompok yaitu:
a)      Memberikan penjelasan sederhana
b)      Membangun keterampilan dasar
c)      Membuat inferensi
d)      Membuat penjelasan lebih lanjut
e)      Mengatur strategi dan taktik

6.      Tahapan berpikir kritis
Menurut Arief  Ahmad terdapat lima tahapan kritis, yaitu:
a)      Keterampilan menganalisis
Keterampilan menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah sruktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.


b)      Keterampilan mensintesis
Keterampilan mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keterampilan menganalitis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.

c)      Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah
Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker, 2001: 15).

d)      Keterampilan menyimpulkan
Yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan yang dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/ pengetahuan yang baru (Salam, 1988: 68).

e)      Keterampilan mengevaluasi atau menilai
Keterampilan ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai cerita yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar tertentu (Harjasudjana, 1987: 44).
Dalam taksonomi Bloom dijelaskan bahwa keterampilan mengevaluasi merupakan tahap berpikir kognitif yang paling tinggi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemikir kritis harus memahami berbagai hal yang meliputi analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.

7.      Tujuan Berpikir Kritis
Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide. Termasuk di dalam proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.

8.      Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih dan dikembangkan, melalui pelatihan dan pengembangan, kemampuan berpikir kritis itu dapat mengalami peningkatan. Penner (1995) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sambil membimbing siswa untuk mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimilikinya. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan konstruktivisme. Sedangkan menurut L.M. Sartoli, R. Swartz (Zaleha, 2002: 95), cara dan strategi untuk melatih kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah dengan:

a.       Membaca dengan kritis
b.      Meningkatkan daya analisis
c.       Mengembangkan kemampuan observasi
d.      Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya, dan refleksi
e.       Metakognisi
f.        Mengamati model dalam berpikir kritis
g.       Diskusi yang kaya
Kemampuan berpikir kritis bagi siswa sangat penting untuk dimiliki, untuk kemudian ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan melalui pembelajaran di kelas. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa ini peran guru sangat menentukan. Dengan kemampuan berpikir kritis yang baik, seorang siswa tidak hanya akan menguasai mateti dalam pembelajaran IPS, tetapi juga mampu mendapat berbagai hal positif untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.















BAB III
METODE PENELITIAN


A.  Setting Penelitian
      1.  Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Batang-Batang
      2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Batang Batang
      3. Struktur Sekolah

B. Rencana Tindakan
Jenis penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Siklus I
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan
- Presentasi
- Studi kelompok
- Pengetesan
- Penghargaan
     3.  Observasi
     4.    Refleksi
Siklus 2
1.      Perencanaan
2.      Pelaksanaan
- Presentasi
- Studi kelompok
- Pengetesan
- Penghargaan
     3.  Observasi
     4.    Refleksi

Konsekuensi logis memilih jenis penelitian tindakan kelas adalah kehadiran penelitian di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor hasil penelitian, oleh karena itu kehadiran peneliti dalam lokasi dan proses peneliti mutlak diperlukan. Pada bagian ini mengemukakan hal-hal yang akan dilaksankan terkait dengan tindakan pembelajaran yang akan dilakukan. Hal-hal yang berkaitan dengan rencana tindakan diantaranya:

1.      Perencanaan Tindakan
Dalam perencanaan tindakan ini mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan akan digelarnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Untuk memenuhi segala keperluan ini maka langkah-langkah yang akan dilakukan harus direncakana secara terperinci sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan dalam melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta khusus atau peristiwa-peristiwa kongkrit kemudian ditarik generalisasinya yang bersifat umum. Penggunaan metode ini di maksudkan untuk mengemukakan data yang ada kaitannya dengan yang penulis bahas yaitu yang bertitik tolak pada pengetahuan yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang umum.
Penelitian ini menganalisis tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) yang dihubungkan dengan motivasi dan prestasi belajar siswa. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Dengan menggunakan teknik ini maka dengan mudah penulis dapat mengetahui apakah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII di SMPN 12 Bandung.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan baik sebelum pra penelitian maupun kegiatan penelitian diantaranya:
1.      Kegiatan Pra Penelitian, terdiri dari :
a. Data ini merupakan skor siswa pada tes materi sebelumnya, yang digunakan sebagai acuan  pembentukan kelompok belajar.
b. Pembentukan kelompok belajar, anggota kelompok belajar bersifat heterogen, baik dari jenis kelamin maupun tingkat kemampuan siswa. Hal ini di maksudkan agar semua kelompok mempunyai kemampuan yang seimbang.
    2. Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), sehingga kegiatan pembelajaran di bagi menjadi dua siklus, dimana tahap-tahapnya sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
a) Penyiapan Materi
Materi pokok pelajaran yang ada dalam pelajaran IPS, masalah materi yang dibahas adalah sebagaimana sub bab yang meliputi semua masalah yang berhubungan dengan IPS.
b) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan skenario tindakan dalam kegiatan pembelajaran.
c) Pembuatan Lembar Observasi keterlaksanaan PBL
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian tindakan, yaitu pembelajaran dengan model PBL.
d) Pembuatan Lembar Observasi Minat Belajar IPS Lembar observasi minat digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar IPS.
2) Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL meliputi sebagai berikut :
a) Presentasi kelas
Guru menyajikan secara umum tentang materi yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah kegiatan pembelajaran selesai. Penyajian ini dapat berupa ceramah dan demonstrasi.
b) Studi kelompok
Semua anggota (4-5 orang siswa) dalam setiap kelompok berdiskusi satu sama lain. Untuk menuntaskan materi dengan mengerjakan lembar kerja yang diberikan pada lembar jawaban yang tersedia.
c) Pengetesan
Setelah diskusi kelompok berakhir, semua siswa mengerjakan tes secara individu. Soal tes yang diberikan adalah sama dengan soal tes yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan skor rata-rata kelompok. Skor kelompok di peroleh dengan menjumlahkan skor masing-masing kelompok kemudian dibagi dengan jumlah anggota kelompok.
d) Pemberian penghargaan
Setelah skor awal dan skor akhir tes diperoleh, maka dapat diketahui peningkatan skor siswa-siswa dan juga peningkatan skor kelompok. Dari data ini dapat diketahui kelompok mana yang memperoleh nilai tertinggi dan terendah. Guru dapat memberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok juga motivasi pada masing-masing kelompok. Akibatnya tiap kelompok akan selalu berusaha meningkatkan skor kelompoknya. Setelah tahap penghargaan selanjutnya adalah penyebaran angket untuk mengetahui minat belajar IPS.
3) Tahap Observasi
Observasi dilakukan sepanjang kegiatan pembelajaran, meliputi aktivitas guru dan siswa sehingga dapat diketahui keterlaksanaan dan ketercapaian tindakan. Selain itu observasi juga digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar IPS. Hasil dari serangkaian observasi digunakan sebagai bahan refleksi.
4) Tahap Refleksi
Setelah observasi dilakukan maka hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus I berikut, sehingga kekurangan pada siklus I dapat diperbaiki.


b. Siklus II
Pada dasarnya kegiatan pada tahap-tahap siklus II sama dengan siklus I, tetapi yang berbeda hanya pada tahap perencanaan di dahului dengan kegiatan tahap refleksi dari siklus I. Perbedaan lain terletak pada sub pokok materi yang dibahas. Pada siklus II itu instrumen yang digunakan yaitu :
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) LKS (Lembar Kerja Siswa)
3) Lembar Observasi keterlaksanaan PBL
4) Format angket motivasi belajar ekonomi
5) Soal tes
6) Catatan lapangan

2.      Implementasi Tindakan
Pada tahap ini adalah penjabaran segala tindakan yang akan dilaksanakan, dan prosedur tindakan yang akan diterapkan. Peneliti menerapkan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, sekaligus mengamati kejadian-kejadian selama proses pembelajaran yang telah berlangsung (jika penelitian dilaksanakan sendiri), namun jika dilaksanakan secara kolaborasi, maka tugas pengamatan secara seksama dan intensif menjadi tanggung jawab dari pada peneliti itu sendiri. Pada tahap ini juga peneliti mulai menerapkan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) terhadap para siswa kelas VII di SMPN 12 Bandung dengan langkah–langkahnya. Misalnya dengan memberikan materi pelajaran, membagi kelompok, siswa melaksanakan strategi pembelajaran seperti yang telah direncanakan.
Materi yang diberikan harus sesuai dengan mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah maupun dari pemerintah pusat. Materi yang diberikan adalah pelajaran IPS pada umumnya. Mata pelajaran tersebut mengaitkan permasalahan-permasalahan atau fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan masyarakat dan diangkat dalam pembahasan perekonomian yang akan dibahas dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) di kelas. Kemudian permasalahan tersebut dipecahkan secara bersama-sama yang sebelumnya para siswa telah dibentuk dalam beberapa kelompok-kelompok.

3.      Observasi dan Interpretasi
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan, misalnya pengamatan (observasi), daftar pertanyaan (angket), dan mengambil dari dokumen (dokumentasi). Kegiatan ini merupakan kegiatan pengumpulan data, karena observasi dipandang secara teknik adalah yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ketika pengamatan yang berlangsung peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari proses pembelajaran atau fakta yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Pada umumnya kinerja pembelajaran ini bersifat
kualitatif, walaupun data tentang hasil kegiatan pembelajaran bersifat kuantitatif juga diperlukan. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap respon para siswa sehubungan dengan dilaksanakannya strategi active learning tersebut, setelah itu peneliti memberikan interprestasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan strategi active learning tersebut.

4.      Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini kegiatan mengutamakan upaya untuk menganalisis, mensintesis, menjelaskan atau memaknai serta menyimpulkan dari penerapan metode yang telah dilaksanakan dengan menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning). Pada tahap ini juga peneliti melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) mencari kekurang dan kelebihan penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) mencari faktor-faktor yang menunjang atau yang menghambat efektifitas pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Yang selanjutnya akan dipakai pertimbangan untuk menerapkan metode pada hari selanjutnya.

D.    Siklus Penelitian
Menjelaskan beberapa siklus yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut yang berdasarkan: waktu, pokok bahasan, atau yang lainnya. Siklus pertama harus sesuai dengan rencana tindakan yang telah dituliskan dan ini perlu dituliskan perlakuan yang akan diberikan terhadap siklus pertama tersebut. Maka hal yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah menuliskan kembali seperti apa yang telah direncanakan dalam rencana tindakan. Penelitian ini mengambil 2 siklus yang terdiri dari 2 kali pertemuan.
1.      Siklus pertama atau pertemuan pertama, meliputi:



a.       Perencanaan
Menyiapkan materi pokok pelajaran yang akan diajarkan, masalah materi yang dibahas adalah sebagaimana sub bab yang meliputi seluruh masalah yang berhubungan dengan pembelajaran IPS. Menyiapkan Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan skenario tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Serta menyiapkan Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian tindakan, yaitu pembelajaran dengan model PBL. Dan yang terakhir adalah menyiapkan lembar observasi minat yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.
b.      Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan dilakukan guru terlebih dahulu memberikan pengantar tentang materi yang akan dibahas pada pertemuan ini.
Setelah itu kegiatan yang perlu dilakukan, diantaranya:

1)      Presentasi
Guru menyajikan secara umum tentang materi yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Penyajian ini dapat berupa ceramah dan demonstrasi.

2)      Studi kelompok
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dan keompok tersebut terdiri dari 4-5 orang. Kemudian melakukan diskusi kelompok satu sama lainnya.

3)      Pengesetan
Setelah diskusi kelompok selesai semua para siswa mengerjakan semua tes secara individu. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil peningkatan skor rata-rata kelompok.

4)      Penghargaan
Setelah skor diperoleh maka guru memberikan suatu penghargaan. Penghargaan tersebut biasanya berbentuk hadiah bagi yang nilai skornya diatas rata-rata dan sedangkan untuk nilai skornya dibawah rata-rata diberikan motivasi untuk tetap meningkatkan skor kelompoknya. Didalam pelaksanaan tersebut peneliti juga melakukan observasi langsung untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan.


c.       Refleksi
Setelah observasi dilakukan maka hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus yang berikutnya, sehingga kekurangan pada siklus pertama atau pertemuan pertama dapat diperbaiki. Sedangkan untuk siklus yang kedua atau pertemuan kedua tidak jauh beda dengan tahap-tahap yang dilakukan pada siklus pertama atau pertemuan pertama. Yang membedakan hanyalah pada tahap perencanaan di dahului dengan kegiatan tahap refleksi dari siklus pertama atau pertemuan pertama. Untuk perbedaan yang lain adalah terletak pada sub pokok materi yang dibahas.

E.     Pembuatan Instrumen
Penjelasan tentang data apa saja yang diperlukan, apa sumber datanya, dan instrumen apa saja yang akan digunakan untuk memperoleh data tersebut. Jenis intrumen tersebut harus sesuai dengan karakteristik variable yang diamati. Sebelum dilaksanakan pengumpulan data diperlukan instrumen yang akan dijadikan bahan dalam penelitian secara tepat. Maka dengan ini peneliti secara terperinci menggunakan instrumen sebagai berikut:

1.      Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk menggali data tentang kumpulan pertanyaan dan percobaan yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Keseluruhan materi yang didiskusikan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa lembar kerja siswa diberikan untuk masing-masing siklus.
2.      Format observasi keterlaksanaan pembelajaran model PBL (Problem Based Learning) untuk menggali keterlaksanaan pembelajaran model PBL (Problem Based Learning) berisi poin yang merupakan tahaptahap model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) beserta ketercapaiannya.
3.       Format observasi motivasi belajar siswa Format observasi motivasi belajar siswa berisi tentang aspek-aspek minat belajar siswa yang meliputi kesiapan belajar, keaktifan berdiskusi dan kerjasama kelompok.
4.       Soal tes untuk menggali kesiapan siswa dalam menjawab semua soal obyektif terdiri dari 15 soal yang berisi materi pokok pelajaran IPS, tes tulis dilakukan pada tiap siklus.
5.      Catatan lapangan untuk menggali catatan-catatan kejadian-kejadian penting dalam proses pembelajaran, baik yang dilakukan siswa maupun guru.

F.      Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan upaya menghimpun data yang diperlukan dalam rangka untuk memenuhi tujuan penelitian. pengumpulan data adalah suatu proses untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan relevan serta akan memberikan gambaran dari aspek yang akan diteliti. Prosedur yang dapat ditempuh dalam kegiatan pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka diperlukan:
1)   Jenis
2)   Metode pengumpulan data.

1.      Jenis dan Sumber Data
a.       Jenis Data
Data yang berupa fakta dan angka yang akan dijadikan bahan dalam menyusun informasi. Jenis data dalam penelitian akan menentukan penerapan teknik analisis data yang akan digunakan. Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif.

b.      Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :

1)      Data Primer
Data yang diambil dari pertanyaan yang sesuai dengan variabel penelitian yaitu motivasi dan prestasi belajar di SMPN 12 Bandung semester ganjil kelas VII  tahun pelajaran 2011/2012 yang berupa teknik pembelajaran model PBL.

2)      Data Sekunder
Data yang berupa nilai prestasi siswa untuk pelajaran IPS yang dilihat melalui nilai ulangan harian.

2.      Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Dokumentasi. Untuk metode dokumen ini mencari data yang sesuai berupa catatan dari dokumen atau arsip yang ada. Data yang dapat dijaring dengan teknik dokumentasi adalah nilai ulangan harian dalam pelajaran IPS kelas VII di SMPN 12 Bandung tahun ajaran 2011/2012. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain :

1.      Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS ini merupakan kumpulan pertanyaan dan percobaan yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Keseluruhan materi yang di diskusikan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa lembar kerja siswa diberikan untuk masing-masing siklus.

2.      Format observasi keterlaksanaan pembelajaran model PBL
Keterlaksanaan pembelajaran model PBL berisi poin yang merupakan tahap-tahap model pembelajaran PBL beserta ketercapaiannya.

3.      Format observasi motivasi belajar siswa
Format observasi motivasi belajar siswa berisi tentang aspek-aspek minat belajar siswa yang meliputi kesiapan belajar, keaktifan berdiskusi dan kerjasama kelompok.

4.      Soal tes
Soal ini berupa soal obyektif terdiri dari 20 soal yang berisi materi pokok IPS, tes tulis dilakukan pada tiap siklus.

5.      Catatan lapangan
Catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting dalam proses pembelajaran, baik yang dilakukan siswa maupun guru.

G.    Indikator Kinerja
Pada bagian ini berisi tentang tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan yang dipaparka secara eksplisit yang akan memudahkan verifikasinya. Indikator kinerja melalui PTK (penelitian tindakan kelas) ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan konsep siswa. Tolak ukur keberhasilan penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dalam PTK ini adalah meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa.

1.      Indikator keberhasilan motivasi dapat diketahui melalui nilai skor siswa yang termotivasi dan siswa yang tidak termotivasi. Selain itu ditunjukkan dari motivasi siswa untuk aktif pada waktu mengajukan pertanyaan, gagasan, hipotesis, dan kesimpulan dalam kegiatan diskusi.

2.      Indikator prestasi belajar siswa berdasarkan standar atau kriteria ketuntasan minimal (SKM/ KKM), sebagai berikut:

a.       Penilaian dilakukan dengan tes dalam bentuk soal kuis, dan lembar aktivitas siswa.
b.       Nilai rata-rata siswa minimal 70
c.        Terdapat peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II.

3.      Indikator keberhasilan prestasi dari hasil tes yang dilakukan setelah pembelajaran berakhir mengalami peningkatan sebesar 13,56 dari siklus I sampai dengan siklus II.
















Daftar Pustaka

Amir, M. Taufik. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Kencana
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
            Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur  Penelitian Suatu Pendekatan  Praktik. Jakarta :
            Rineka Cipta.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Bachman, Edmund. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta:
            Prestasi Pustaka.
Hamalik, Oemar. 1993. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Surabaya:
 Usaha Nasional.
Ibrahim, M dan Nur, M. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
University Press.
Izhab, Zaleha. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjana, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung :           Remaja Rosdakarya.
Syaripudin, Tatang. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan
            Indonesia
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Uno, Hamzah B. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi
            Aksara
Wiriatmadja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
            Remaja Rosdakarya.
Wahidmurni.( 2005). Bahan Ajar Penelitian Pembelajaran. Malang: Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang.

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kurikulum 2002 ( Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Kurikulum 2006 ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
http:// bismillah36. Wordpress.com
http://masnaguib.blogspot.com/2006/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.
http://uswadi . blogspot.com















           



2 komentar:

  1. Tks mas Azhar Juniarto, artikelnya memberi pencerahan luar biasa

    BalasHapus
  2. Tks mas Azhar Juniarto, artikelnya memberi pencerahan luar biasa

    BalasHapus