Bab I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan
negara republik Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal
ini membuktikan bahwa upaya mencerdaskan bangsa merupakan tugas negara yang
sangat penting. Kemajuan suatu bangsa akan tercapai jika dibangun oleh
masyarakat yang cerdas. Semua bangsa di dunia tentu akan beranggapan sama bahwa
pendidikan itu kunci utama dalam kemajuan suatu bangsa. Karena dengan
pendidikan yang baik akan menciptakan kehidupan suatu bangsa yang cerdas. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya yang berkesinambungan untuk selalu meningkatkan
kualitas pendidikan bangsa ini. Sebab tentu saja dalam pelaksanaan pendidikan tersebut
akan menemukan berbagai kendala yang harus dihadapi.
Salah satu masalah
yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan kita saat ini adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Pada kenyataannya proses pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada usaha meningkatkan
kemampuan anak dalam menghafal materi, siswa dipaksa untuk menerima dan
mengingat berbagai materi tanpa dituntut untuk memahami materi yang diingatnya
itu secara utuh untuk mereka hubungkan dengan kehidupan sehari-hari, serta
untuk menyelesaikan masalah yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Di
lapangan dapat kita lihat banyak peserta didik yang memiliki tingkat hafalan
yang sangat baik tentang materi ajar yang mereka terima di kelas. Namun pada
kenyataannya mereka tidak memahaminya, karena guru dalam proses pembelajarannya
seringkali menggunakan sesuatu yang abstrak, metode yang tidak tepat serta
tidak pernah merangsang siswa untuk ikut memikirkan dan memahami materi yang
guru berikan. Pembelajaran seperti ini sangat melelahkan dan membosankan. Hal
tersebut memang benar adanya, karena untuk mata pelajaran yang mengandung
beberapa konsep yang harus dihafal akan menjadi sangat membosankan bahkan tidak
akan disukai jika dalam pembelajarannya guru hanya menerapkan metode atau model
yang tidak dapat merangsang siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah tanpa melibatkan siswa dalam pembelajaran
tidak akan efektif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada siswa.
Penerapan pendekatan, metode, dan model pembelajaran yang tepat serta menantang
siswa secara intelektual akan menjadikan pelajaran IPS sebagai pelajaran yang
diminati dan disukai siswa.
Mengingat sangat
pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, maka sudah
menjadi sebuah keharusan bagi guru untuk membentuk dan meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa melalui proses pembelajaran yang tepat. Guru harus dapat
memilih metode atau model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa untuk memberi pemahaman yang kuat pada diri
siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
IPS adalah model Problem Based Learning
(PBL). Problem Based Learning (PBL) adalah
salah satu model yang menekankan pada aktivitas belajar siswa yang aktif. Dalam
proses pembelajaran dengan model PBL ini
guru bertindak hanya sebagai fasilitator, sebaliknya siswa sebagai pembelajar
yang aktif mencari sumber yang kemudian mempertanggung jawabkan sumber yang
telah mereka dapatkan itu dalam bentuk diskusi dan berargumen secara kritis.
Dengan menggunakan model PBL ini
proses pembelajaran yang menjenuhkan dan terfokus pada guru mulai beralih pada
pembelajaran yang aktif dari siswa yang akan lebih melatih siswa untuk berpikir
secara kritis. Berdasarkan permasalahan yang menyangkut kurangnya kemampuan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung, penulis
tertarik untuk menerapkan model PBL dalam
penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII di SMPN 12 Bandung. Adapun judul
penelitian ini adalah “ Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS”
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang
yang telah dipaparkan di atas, terdapat masalah umum dalam pembelajaran IPS
yaitu, rendahnya kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa. Masalah
tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa sub rumusan masalah sebagai berikut
:
1.
Bagaimana guru
merencanakan dan merancang persiapan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dalam
pembelajaran IPS dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?
2.
Bagaimana
pelaksanaan penerapan rancangan pembelajaran dengan menggunakan model PBL dalam proses pembelajaran IPS di
kelas?
3.
Bagaimana pengaruh
penerapan model PBL dalam mata
pelajaran IPS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Secara
umum, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMPN 12 Bandung dalam pembelajaran
IPS melalui penelitian tindakan kelas.
2.
Tujuan Khusus
Dalam
penelitian ini, penulis menetapkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut :
1)
Mengetahui proses
perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model PBL di SMPN 12 Bandung.
2)
Mengetahui proses
pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model PBL di SMPN 12 Bandung.
3)
Mengetahui hasil
pembelajaran IPS dengan menggunakan model PBL
di SMPN 12 Bandung.
D.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Penelitian
ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran IPS di kelas. Untuk dijadikan bahan kajian bagi
peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Sangat bermanfaat sebagai salah satu
acuan para guru IPS dalam mengembangkan model pembelajaran dalam pembelajaran
IPS.
2.
Manfaat Praktis
Dari aspek
praktis, penelitian ini memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah dapat
memberikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan guru
dalam proses pembelajaran IPS yang lebih inovatif. Dengan menggunakan model
pembelajaran yang bervariatif, guru sebagai pendidik dapat memberikan materi
pelajaran IPS dalam satu kesatuan yang menarik dan lengkap. Dengan menggunakan
model PBL, akan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran
1.
Konsep Pembelajaran
a.
Pengertian
Pembelajaran
Hakikat
pembelajaran menurut Djahiri, pembelajaran memuat makna dua proses kegiatan
ialah kegiatan belajar siswa (KBS) dan kegiatan perencanaan serta
pelaksanaan/mengajar guru (KMG). KBS adalah hal yang paling utama dan menjadi
penjuru dari seluruh perancangan pengajaran maupun proses dan perolehan
hasilnya. Menurut Hamalik (2001: 57) bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan, serta prosedur yang saling mempengaruhi terciptanya tujuan
pembelajaran. Menurut Knirk dan Gustafson (dalam Syaiful Sagala, 2007: 64)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru dalam
suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi
dalam konteks KBM.
b.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran
adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat memiliki
oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu.
Menurut KBK 2002,
tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
Berpusat pada siswa
2)
Belajar dengan
melakukan
3)
Mengembangkan
kemampuan sosial
4)
Mengembangkan
keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan
5)
Mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah
6)
Mengembangkan
kreativitas siswa
7)
Menumbuhkan
kesadaran sebagai warga negara yang baik
8)
Perpaduan
kompetensi, kerja sama, dan solidaritas. (KBK, 2002: 15-16)
c.
Mekanisme
Pembelajaran
Mekanisme
pembelajaran ini dibagi dalam beberapa pokok bahasan yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi, serta tahap tindak lanjut. Pemaparan
mengenai empat tahapan pembelajaran sebagai berikut:
1)
Tahap persiapan
Tahap
persiapan diawali dengan kesiapan guru dalam penguasaan bidang keilmuan yang
menjadi kewenangannya, merupakan modal bagi terlaksananya proses pembelajaran
yang baik.
2)
Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan
proses pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipadu
dan dibuat dinamis oleh guru.
3)
Tahap evaluasi
Evaluasi
adalah alat yang digunakan untuk mengungkap taraf keberhasilan proses
pembelajaran, khususnya untuk mengukur hasil belajar siswa. Evaluasi yang baik
adalah alat ukur yang tepat (valid),
dapat dipercaya (reliable), dan
memadai (adequate).
4)
Tahap tindak lanjut
Tahap lebih
lanjut dari proses pembelajaran dapat dibagi menjadi dua tahapan yakni, promosi
dan rehabilitasi. Promosi adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan
lebih lanjut akan keberhasilan siswa. Sedangkan rehabilitasi adalah perbaikan
atas kekurangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran, khususnya apabila
terjadi tingkat keberhasilan siswa yang kurang memadai.
2.
Pendekatan,
Strategi, Model, Metode, dan Teknik Dalam Pembelajaran
a.
Pendekatan
Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran. Menurut Roy Killen (1988), ada dua pendekatan dalam pembelajaran
, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada
siswa. Menurutnya, pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung, pendekatan deduktif atau pembelajaran ekspositori serta
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran discovery dan inkuiri
serta strategi pembelajaran induktif.
b.
Strategi
Pembelajaran
Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Menurut Dick and Carey (1985) menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu pengaturan materi dan prosedur pembelajaran yang
dilakukan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.
(Dalam Wina Sanjaya, 2008 Dikutip Dari Eki P.Sidik, 2010: 19) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
c.
Metode Pembelajaran
Metode adalah
proses atau prosedur yang hasilnya adalah belajar atau dapat pula merupakan
alat dimana belajar menjadi aktif (Aziz Wahab, 2007: 83). Adapun metode
pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2008: 125) merupakan cara yang digunakan
untuk melaksanakan strategi. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diataranya:
1)
Ceramah
2)
Demonstrasi
3)
Diskusi
4)
Simulasi
5)
Laboratorium
6)
Pengalaman lapangan
7)
Brainstorming
8)
Debat
9)
Simposium
d.
Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara
yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Contohnya, bagaimana cara agar metode ceramah yang dilakukan berjalan
efektif dan efisien. Seorang guru bisa saja menggunakan berbagai jenis teknik
untuk mengimplementasikan metode yang sama.
e.
Model Pembelajaran
Menurut Millis,
model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap- tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Berkenaan dengan
model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (dalam Dedi Supriawan dan A.
Benyamin Surasega, 1990 yang dikutip dari Eki P. Sidik, 2010: 21)
mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu:
1)
Model interaksi
sosial
2)
Model pengolahan
informasi
3)
Model
personal-humanistik
4)
Model modifikasi
tingkah laku
Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
B.
Model Problem Based
Learning (PBL)
A.
Konsep Model Problem Based Learning (PBL)
1.
Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Menurut Prof.
Howard Barrows dan Kelson, Problem Based
Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Sedangkan menurut
Dutch (1994), PBL merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar
“belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata. Problem Based
Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang mengetengahkan
permasalahan yang menuntut siswa secara bersama-sama untuk aktif dalam proses
berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber
pembelajaran yang sesuai dengan permasalahannya itu.
2.
Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Karakteristik yang
tercakup dalam proses PBL menurut Tan diantaranya adalah:
·
Masalah digunakan
sebagai awal pembelajaran
·
Biasanya masalah
yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured)
·
Masalah biasanya
menuntut perspektif majemuk (multiple
perspective). Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep
dari beberapa bab atau lintas ilmu ke bidang lainnya.
·
Masalah membuat
siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang
baru.
·
Sangat mengutamakan
belajar mandiri
·
Memanfaatkan sumber
pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
·
Pembelajaran
kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa belajar dalam kelompok,
berinteraksi, saling mengajarkan, dan melakukan presentasi.
3.
Langkah Proses Problem Based Learning (PBL)
Adapun
prosesnya adalah sebagai berikut:
1)
Mengklarifikasi
istilah dan konsep yang belum jelas
Setelah
sebelumnya dipaparkan sebuah masalah oleh guru, langkah satu ini merupakan
langkah untuk memastikan setiap anggota kelompok memahami berbagai istilah dan
konsep yang muncul dari masalah yang sebelumnya telah dipaparkan.
2)
Merumuskan masalah
Dari
masalah yang ada maka akan memunculkan berbagai fenomena. Fenomena yang ada
dalam masalah menuntut berbagai penjelasan hubungan-hubungan yang terjadi
diantara fenomena itu. Hal ini dimaksudkan karena terkadang masih ada hubungan
yang belum nyata atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas terlebih
dahulu.
3)
Menganalisis
masalah
Pada
langkah ini, setiap anggota kelompok mengeluarkan pengetahuan yang telah
dimiliki terkait dengan masalah. Setiap anggota kelompok dalam tahap ini
melakukan proses curah gagasan.
4)
Menata gagasan anda
dan secara sistematis menganalisisnya secara dalam
Pada
langkah empat ini bagian-bagian yang sudah dianalisis tersebut dilihat keterkaitannya
satu sama lain dan dikelompokkan, mana yang saling menunjang, dan mana yang
bertentangan.
5)
Memformulasikan
tujuan pembelajaran
Pada
langkah ini, kelompok memformulasikan pembelajaran berdasarkan pada pengetahuan
yang pada tahapan sebelumnya dirasakan masih kurang dan masih belum jelas.
Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang telah dibuat
pada tahap sebelumnya sebagai dasar gagasan yang akan dibuat di laporan pada
tahap berikutnya.
6)
Mencari informasi
tambahan dari sumber lain
Pada
tahap ini, semua anggota kelompok harus mencari informasi yang belum dimiliki
itu berpedoman pada tujuan pembelajaran yang telah dibuat. Setiap anggota
kelompok harus mampu belajar mandiri secara efektif untuk mencari berbagai
informasi yang relevan yang telah ditemukan itu dibentuk sebuah laporan atau
makalah yang akan dibahas pada tahap mensintesa.
7)
Mensintesa
(menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk
guru/kelas
Pada
langkah ini kelompok sudah membuat sebuah makalah yang berisi gabungan dari
berbagai informasi yang relevan yang telah mereka cari sebelumnya. Di tahap ini
siswa dituntut memiliki keterampilan meringkas, mempresentasikan, dan
mendiskusikan makalah.
4.
Manfaat model Problem Based Learning (PBL)
Adapun manfaat dari
model PBL sebagaimana dijelaskan oleh M. Taufik Amir (2009) diantaranya adalah:
1.
Menjadi lebih ingat
dan meningkatkan pemahaman siswa atas materi ajarnya.
2.
Meningkatkan fokus
pada pengetahuan yang relevan
3.
Mendorong untuk
berpikir
4.
Membangun kerja
tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial
5.
Membangun kecakapan
hidup
6.
Meningkatkan
motivasi siswa
5.
Kelebihan dan
kekurangan model Problem Based Learning
(PBL)
Sebagai strategi
pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
1.
Peserta didik memiliki
keterampilan penyelidikan dan terjadi interaksi yang dinamis diantara guru
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa.
2.
Peserta didik
mempunyai keterampilan mengatasi masalah.
3.
Peserta didik
mempunyai kemampuan mempelajari peran orang dewasa.
4.
Peserta didik dapat
menjadi pembelajar yang mandiri dan independen.
5.
Keterampilan
berpikir tingakt tinggi.
PBL merupakan model
yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Karena dalam prosesnya PBL menuntut
siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, tanpa dibatasi
oleh buku-buku sebagai sumber belajar yang sering guru berikan pada siswa. PBL
dapat memberikan siswa pengetahuan baru, dapat membuka wawasan terhadap
masalah-masalah aktual yang sedang terjadi. Selain itu, PBL dapat melatih siswa
untuk berpikir kritis dan didasarkan pada kenyataan yang sesungguhnya.
Selain mempunyai
kelebihan, PBL juga memiliki kekurangannya, diantaranya:
1.
Manakala siswa
tidak memiliki minat atau mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.
Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
3.
Tanpa pemahaman
mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
4.
Memungkinkan
peserta didik menjadi jenuh karena harus berhadapan langsung dengan masalah.
5.
Memungkinkan
peserta didik kesulitan dalam memproses sejumlah data dan informasi dalam waktu
singkat, sehingga PBL ini membutuhkan waktu yang relatif lama.
Kekurangan PBL
terdapat pada penerapan PBL itu sendiri dengan langkah-langkah pembelajaran
yang membutuhkan waktu yang lama. Keberhasilan PBL yang akan dicapai tidak
cukup dalam satu pertemuan melainkan harus lebih dari satu pertemuan. Selain
itu kekurangan PBL terletak pada pembuatan makalah atau laporan.
B.
Model Problem Based Learning (PBL) dalam
Pembelajaran IPS
Dalam
pembelajaran IPS, model PBL ini memang tergolong masih baru. Akan tetapi dalam
pembelajaran IPS telah sering diterapkan model pemecahan masalah. Penerapan
model PBL dalam pembelajaran IPS dikatakan sangat cocok karena pembelajaran IPS
erat kaitannya dengan berbagai isu sosial yang terjadi dalam lingkungan siswa.
C.
Kemampuan Berpikir Kritis
1.
Pengertian
Kemampuan Berpikir
Menurut Sumantri
(1981), berpikir adalah suatu proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini
merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti pemikiran tertentu yang
pada akhirnya sampai pada kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sejalan dengan
Sumantri, Bloom (1965) telah mengembangkan sebuah konsep tentang kemampuan
berpikir yang dikenal dengan taksonomi Bloom. Dalam konsep ini, tujuan
pendidikan diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu kognitif, afektif,
psikomotorik. Adapun kemampuan berpikir termasuk ke dalam bagian kognitif
karena bagian kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan, dan
keahlian mentalitas.
2.
Jenis-Jenis
Kemampuan Berpikir
Berpikir
sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, antara lain:
1.
Berpikir logis
Berpikir
logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan
yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar
(valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui.
2.
Berpikir Sistematis
Berpikir
sistematis adalah kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan
suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan
yang tepat, efektif, dan efisien.
3.
Berpikir Analitis
Berpikir
analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, merinci, dan
menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu
pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasarkan
perasaan atau tebakan.
Berpikir
kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi.
Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk
membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari
luar dengan informasi yang dimiliki. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan
berpikir kreatif.
Evans
(1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk
membuat hubungan-hubungan yang terus menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang
“benar” atau hingga seseorang itu menyerah. Pengertian ini menunjukan bahwa
berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang
belum dikenal sebelumnya. Berpikir kreatif juga dipandang sebagai suatu proses
yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide
baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah
diwujudkan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun
ide atau gagasan yang baru.
3.
Pengertian Berpikir
Kritis
Kemampuan berpikir
kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan
berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah
lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996),
berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam
menentukan tujuan. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir
kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Sedangkan menurut Scriven,
berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan
keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sintesis, dan mengevaluasi.
4.
Karakteristik
Berpikir Kritis
Pernyataan tersebut
ditegaskan oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi
karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi:
1.
Analisis
2.
Sintesis
3.
Pengenalan masalah
dan pemecahannya
4.
Kesimpulan
5.
Penilaian
Menurut Ennis
(1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan
dilakukan. Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis,
yang meliputi:
a)
Kegiatan merumuskan
pertanyaan
b)
Membatasi
permasalahan
c)
Menguji data-data
d)
Menganalisis
berbagai pendapat dan bias
e)
Menghindari
pertimbangan yang sangat emosional
f)
Menghindari
penyederhanaan berlebihan
g)
Mempertimbangkan
berbagai interpretasi
h)
Mentoleransi
ambiguitas
Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir
kritis dijelaskan Beyer (1995: 12-15) secara lengkap dalam buku Critical
Thinking, yaitu:
A.
Watak
Seseorang
yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat
terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan
lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
B.
Kriteria
Dalam
berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke
arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai.
Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran, namun
akan mempunyai kriteria yang berbeda.
C.
Argumen
Argumen
adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan
berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun
argumen.
D.
Pertimbangan atau
pemikiran
Yaitu
kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya
akan meliputi kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
E.
Sudut pandang
Sudut
pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan
konstruksi makna. Seseorang yang berpikir kritis akan memandang sebuah fenomena
dari berbagai sudut pandang berbeda.
F.
Prosedur penerapan
kriteria
Prosedur
penerapan kriteria meliputi merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang
akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.
5.
Indikator Kemampuan
Berpikir Kritis
Seseorang yang
dikatakan berpikir kritis dapat dilihat dari beberapa indikator. Ennis (1985:
54-56) membagi indikator kemampuan berpikir kritis menjadi lima kelompok yaitu:
a)
Memberikan
penjelasan sederhana
b)
Membangun
keterampilan dasar
c)
Membuat inferensi
d)
Membuat penjelasan
lebih lanjut
e)
Mengatur strategi
dan taktik
6.
Tahapan berpikir
kritis
Menurut
Arief Ahmad terdapat lima tahapan
kritis, yaitu:
a)
Keterampilan
menganalisis
Keterampilan
menganalisis merupakan suatu keterampilan menguraikan sebuah sruktur ke dalam
komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut.
b)
Keterampilan
mensintesis
Keterampilan
mensintesis merupakan keterampilan yang berlawanan dengan keterampilan
menganalitis. Keterampilan mensintesis adalah keterampilan menggabungkan
bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru.
c)
Keterampilan
mengenal dan memecahkan masalah
Keterampilan
ini merupakan keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru.
Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan menerapkan
konsep-konsep ke dalam permasalahan atau ruang lingkup baru (Walker, 2001: 15).
d)
Keterampilan
menyimpulkan
Yaitu
kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan pengertian/pengetahuan yang
dimilikinya, dapat beranjak mencapai pengertian/ pengetahuan yang baru (Salam,
1988: 68).
e)
Keterampilan
mengevaluasi atau menilai
Keterampilan
ini menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan
berbagai cerita yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar
memberikan penilaian tentang nilai yang diukur dengan menggunakan standar
tertentu (Harjasudjana, 1987: 44).
Dalam
taksonomi Bloom dijelaskan bahwa keterampilan mengevaluasi merupakan tahap
berpikir kognitif yang paling tinggi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa seorang pemikir kritis harus memahami berbagai hal yang meliputi
analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan
penilaian.
7.
Tujuan Berpikir
Kritis
Tujuan
berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide. Termasuk di dalam
proses ini adalah melakukan pertimbangan atau pemikiran yang didasarkan pada
pendapat yang diajukan.
8.
Cara Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan
berpikir kritis dapat dilatih dan dikembangkan, melalui pelatihan dan pengembangan,
kemampuan berpikir kritis itu dapat mengalami peningkatan. Penner (1995) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sambil
membimbing siswa untuk mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimilikinya.
Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan konstruktivisme. Sedangkan menurut
L.M. Sartoli, R. Swartz (Zaleha, 2002: 95), cara dan strategi untuk melatih
kemampuan berpikir kritis diantaranya adalah dengan:
a.
Membaca dengan
kritis
b.
Meningkatkan daya
analisis
c.
Mengembangkan
kemampuan observasi
d.
Meningkatkan rasa
ingin tahu, kemampuan bertanya, dan refleksi
e.
Metakognisi
f.
Mengamati model
dalam berpikir kritis
g.
Diskusi yang kaya
Kemampuan berpikir kritis bagi siswa sangat penting untuk
dimiliki, untuk kemudian ditingkatkan melalui pelatihan dan pengembangan
melalui pembelajaran di kelas. Dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir
kritis siswa ini peran guru sangat menentukan. Dengan kemampuan berpikir kritis
yang baik, seorang siswa tidak hanya akan menguasai mateti dalam pembelajaran
IPS, tetapi juga mampu mendapat berbagai hal positif untuk mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Setting Penelitian
1.
Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Batang-Batang
2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Batang
Batang
3. Struktur Sekolah
B. Rencana Tindakan
Jenis penelitian
yang dipilih dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi.
Siklus I
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan
- Presentasi
- Studi kelompok
- Pengetesan
- Penghargaan
3. Observasi
4.
Refleksi
Siklus 2
1.
Perencanaan
2.
Pelaksanaan
- Presentasi
- Studi kelompok
- Pengetesan
- Penghargaan
3. Observasi
4.
Refleksi
Konsekuensi logis
memilih jenis penelitian tindakan kelas adalah kehadiran penelitian di
lapangan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan,
pengumpul data, penganalisis data dan pelapor hasil penelitian, oleh karena itu
kehadiran peneliti dalam lokasi dan proses peneliti mutlak diperlukan. Pada
bagian ini mengemukakan hal-hal yang akan dilaksankan terkait dengan tindakan
pembelajaran yang akan dilakukan. Hal-hal yang berkaitan dengan rencana
tindakan diantaranya:
1.
Perencanaan
Tindakan
Dalam perencanaan
tindakan ini mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan sehubungan akan
digelarnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Untuk memenuhi segala keperluan ini
maka langkah-langkah yang akan dilakukan harus direncakana secara terperinci
sehingga dapat dijadikan sebagai pegangan dalam melaksanakan penelitian. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah metode induktif yaitu berangkat
dari fakta-fakta khusus atau peristiwa-peristiwa kongkrit kemudian ditarik
generalisasinya yang bersifat umum. Penggunaan metode ini di maksudkan untuk
mengemukakan data yang ada kaitannya dengan yang penulis bahas yaitu yang
bertitik tolak pada pengetahuan yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang
umum.
Penelitian ini
menganalisis tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) yang dihubungkan dengan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.
Dengan menggunakan teknik ini maka dengan mudah penulis dapat mengetahui apakah
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa kelas VII di SMPN 12
Bandung.
Adapun kegiatan yang akan dilakukan baik
sebelum pra penelitian maupun kegiatan penelitian diantaranya:
1.
Kegiatan
Pra Penelitian, terdiri dari :
a. Data ini merupakan skor siswa pada tes
materi sebelumnya, yang digunakan sebagai acuan pembentukan kelompok belajar.
b. Pembentukan kelompok belajar, anggota
kelompok belajar bersifat heterogen, baik dari jenis kelamin maupun tingkat kemampuan
siswa. Hal ini di maksudkan agar semua kelompok mempunyai kemampuan yang
seimbang.
2.
Kegiatan Penelitian
Kegiatan penelitian
menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), sehingga kegiatan pembelajaran di
bagi menjadi dua siklus, dimana tahap-tahapnya sebagai berikut :
a. Siklus I
1) Tahap Perencanaan
a) Penyiapan Materi
Materi pokok pelajaran
yang ada dalam pelajaran IPS, masalah materi yang dibahas adalah sebagaimana
sub bab yang meliputi semua masalah yang berhubungan dengan IPS.
b) Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan skenario tindakan dalam
kegiatan pembelajaran.
c) Pembuatan Lembar Observasi keterlaksanaan
PBL
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan
dan ketercapaian tindakan, yaitu pembelajaran dengan model PBL.
d) Pembuatan Lembar Observasi Minat Belajar
IPS Lembar observasi minat digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar
IPS.
2) Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan
pembelajaran dengan model PBL meliputi sebagai berikut :
a) Presentasi kelas
Guru menyajikan
secara umum tentang materi yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, serta
tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Penyajian ini dapat berupa ceramah dan demonstrasi.
b) Studi kelompok
Semua anggota (4-5
orang siswa) dalam setiap kelompok berdiskusi satu sama lain. Untuk menuntaskan
materi dengan mengerjakan lembar kerja yang diberikan pada lembar jawaban yang
tersedia.
c) Pengetesan
Setelah diskusi
kelompok berakhir, semua siswa mengerjakan tes secara individu. Soal tes yang
diberikan adalah sama dengan soal tes yang diberikan sebelum kegiatan
pembelajaran berlangsung, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan skor
rata-rata kelompok. Skor kelompok di peroleh dengan menjumlahkan skor masing-masing
kelompok kemudian dibagi dengan jumlah anggota kelompok.
d) Pemberian penghargaan
Setelah skor awal
dan skor akhir tes diperoleh, maka dapat diketahui peningkatan skor siswa-siswa
dan juga peningkatan skor kelompok. Dari data ini dapat diketahui kelompok mana
yang memperoleh nilai tertinggi dan terendah. Guru dapat memberikan penghargaan
kepada kelompok-kelompok juga motivasi pada masing-masing kelompok. Akibatnya
tiap kelompok akan selalu berusaha meningkatkan skor kelompoknya. Setelah tahap
penghargaan selanjutnya adalah penyebaran angket untuk mengetahui minat belajar
IPS.
3) Tahap Observasi
Observasi dilakukan
sepanjang kegiatan pembelajaran, meliputi aktivitas guru dan siswa sehingga
dapat diketahui keterlaksanaan dan ketercapaian tindakan. Selain itu observasi juga
digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar IPS. Hasil dari
serangkaian observasi digunakan sebagai bahan refleksi.
4) Tahap Refleksi
Setelah observasi
dilakukan maka hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan
pelaksanaan tindakan pada siklus I berikut, sehingga kekurangan pada siklus I
dapat diperbaiki.
b. Siklus II
Pada dasarnya
kegiatan pada tahap-tahap siklus II sama dengan siklus I, tetapi yang berbeda
hanya pada tahap perencanaan di dahului dengan kegiatan tahap refleksi dari
siklus I. Perbedaan lain terletak pada sub pokok materi yang dibahas. Pada
siklus II itu instrumen yang digunakan yaitu :
1) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) LKS (Lembar
Kerja Siswa)
3) Lembar Observasi
keterlaksanaan PBL
4) Format angket
motivasi belajar ekonomi
5) Soal tes
6) Catatan lapangan
2.
Implementasi
Tindakan
Pada tahap ini
adalah penjabaran segala tindakan yang akan dilaksanakan, dan prosedur tindakan
yang akan diterapkan. Peneliti menerapkan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, sekaligus mengamati kejadian-kejadian
selama proses pembelajaran yang telah berlangsung (jika penelitian dilaksanakan
sendiri), namun jika dilaksanakan secara kolaborasi, maka tugas pengamatan
secara seksama dan intensif menjadi tanggung jawab dari pada peneliti itu
sendiri. Pada tahap ini juga peneliti mulai menerapkan Metode Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) terhadap para siswa kelas VII di SMPN 12 Bandung dengan langkah–langkahnya.
Misalnya dengan memberikan materi pelajaran, membagi kelompok, siswa
melaksanakan strategi pembelajaran seperti yang telah direncanakan.
Materi yang
diberikan harus sesuai dengan mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah
maupun dari pemerintah pusat. Materi yang diberikan adalah pelajaran IPS pada
umumnya. Mata pelajaran tersebut mengaitkan permasalahan-permasalahan atau fenomena-fenomena
yang terjadi di lingkungan masyarakat dan diangkat dalam pembahasan
perekonomian yang akan dibahas dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) di kelas.
Kemudian permasalahan tersebut dipecahkan secara bersama-sama yang sebelumnya
para siswa telah dibentuk dalam beberapa kelompok-kelompok.
3.
Observasi
dan Interpretasi
Ada beberapa teknik
pengumpulan data yang dapat dilakukan, misalnya pengamatan (observasi), daftar
pertanyaan (angket), dan mengambil dari dokumen (dokumentasi). Kegiatan ini
merupakan kegiatan pengumpulan data, karena observasi dipandang secara teknik
adalah yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran
yang dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ketika pengamatan yang berlangsung
peneliti mengumpulkan data yang diperoleh dari proses pembelajaran atau fakta
yang ada selama proses pembelajaran berlangsung. Pada umumnya kinerja
pembelajaran ini bersifat
kualitatif, walaupun data tentang hasil
kegiatan pembelajaran bersifat kuantitatif juga diperlukan. Pada tahap ini
peneliti melakukan pengamatan terhadap respon para siswa sehubungan dengan
dilaksanakannya strategi active learning tersebut, setelah itu peneliti
memberikan interprestasi terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan
menggunakan strategi active learning tersebut.
4.
Analisis
dan Refleksi
Pada tahap ini
kegiatan mengutamakan upaya untuk menganalisis, mensintesis, menjelaskan atau
memaknai serta menyimpulkan dari penerapan metode yang telah dilaksanakan
dengan menggunakan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem
Based Learning). Pada tahap ini juga peneliti melakukan
evaluasi terhadap proses pembelajaran yang menggunakan Metode Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) mencari kekurang dan kelebihan
penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
mencari faktor-faktor yang menunjang atau yang menghambat efektifitas
pembelajaran dengan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). Yang selanjutnya akan dipakai pertimbangan untuk menerapkan
metode pada hari selanjutnya.
D.
Siklus
Penelitian
Menjelaskan beberapa siklus yang akan
dilakukan dalam penelitian tersebut yang berdasarkan: waktu, pokok bahasan,
atau yang lainnya. Siklus pertama harus sesuai dengan rencana tindakan yang
telah dituliskan dan ini perlu dituliskan perlakuan yang akan diberikan terhadap
siklus pertama tersebut. Maka hal yang perlu dilakukan oleh peneliti adalah
menuliskan kembali seperti apa yang telah direncanakan dalam rencana tindakan.
Penelitian ini mengambil 2 siklus yang terdiri dari 2 kali pertemuan.
1.
Siklus
pertama atau pertemuan pertama, meliputi:
a.
Perencanaan
Menyiapkan materi
pokok pelajaran yang akan diajarkan, masalah materi yang dibahas adalah
sebagaimana sub bab yang meliputi seluruh masalah yang berhubungan dengan
pembelajaran IPS. Menyiapkan Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan
skenario tindakan dalam kegiatan pembelajaran. Serta menyiapkan Lembar
observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan dan ketercapaian tindakan,
yaitu pembelajaran dengan model PBL. Dan yang terakhir adalah menyiapkan lembar
observasi minat yang akan digunakan untuk mengetahui peningkatan minat belajar
siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.
b.
Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan
dilakukan guru terlebih dahulu memberikan pengantar tentang materi yang akan
dibahas pada pertemuan ini.
Setelah itu kegiatan yang perlu dilakukan,
diantaranya:
1)
Presentasi
Guru menyajikan
secara umum tentang materi yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, serta
tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah kegiatan pembelajaran selesai.
Penyajian ini dapat berupa ceramah dan
demonstrasi.
2)
Studi
kelompok
Guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok, dan keompok tersebut terdiri dari 4-5 orang.
Kemudian melakukan diskusi kelompok satu sama lainnya.
3)
Pengesetan
Setelah diskusi
kelompok selesai semua para siswa mengerjakan semua tes secara individu. Hal
ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil peningkatan skor rata-rata kelompok.
4)
Penghargaan
Setelah skor
diperoleh maka guru memberikan suatu penghargaan. Penghargaan tersebut biasanya
berbentuk hadiah bagi yang nilai skornya diatas rata-rata dan sedangkan untuk
nilai skornya dibawah rata-rata diberikan motivasi untuk tetap meningkatkan
skor kelompoknya. Didalam pelaksanaan tersebut peneliti juga melakukan
observasi langsung untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan.
c.
Refleksi
Setelah observasi
dilakukan maka hasilnya dapat digunakan sebagai masukan bagi perencanaan dan
pelaksanaan tindakan pada siklus yang berikutnya, sehingga kekurangan pada
siklus pertama atau pertemuan pertama dapat diperbaiki. Sedangkan untuk siklus
yang kedua atau pertemuan kedua tidak jauh beda dengan tahap-tahap yang
dilakukan pada siklus pertama atau pertemuan pertama. Yang membedakan hanyalah
pada tahap perencanaan di dahului dengan kegiatan tahap refleksi dari siklus
pertama atau pertemuan pertama. Untuk perbedaan yang lain adalah terletak pada
sub pokok materi yang dibahas.
E.
Pembuatan
Instrumen
Penjelasan tentang data apa saja yang
diperlukan, apa sumber datanya, dan instrumen apa saja yang akan digunakan
untuk memperoleh data tersebut. Jenis intrumen tersebut harus sesuai dengan
karakteristik variable yang diamati. Sebelum dilaksanakan pengumpulan data
diperlukan instrumen yang akan dijadikan bahan dalam penelitian secara tepat.
Maka dengan ini peneliti secara terperinci menggunakan instrumen sebagai
berikut:
1.
Lembar
Kerja Siswa (LKS) untuk menggali data tentang kumpulan pertanyaan dan percobaan
yang akan didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Keseluruhan materi yang
didiskusikan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
lembar kerja siswa diberikan untuk masing-masing siklus.
2.
Format
observasi keterlaksanaan pembelajaran model PBL (Problem Based Learning)
untuk menggali keterlaksanaan pembelajaran model PBL (Problem Based Learning)
berisi poin yang merupakan tahaptahap model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) beserta ketercapaiannya.
3.
Format observasi motivasi belajar siswa Format
observasi motivasi belajar siswa berisi tentang aspek-aspek minat belajar siswa
yang meliputi kesiapan belajar, keaktifan berdiskusi dan kerjasama kelompok.
4.
Soal tes untuk menggali kesiapan siswa dalam
menjawab semua soal obyektif terdiri dari 15 soal yang berisi materi pokok
pelajaran IPS, tes tulis dilakukan pada tiap siklus.
5.
Catatan
lapangan untuk menggali catatan-catatan kejadian-kejadian penting dalam proses
pembelajaran, baik yang dilakukan siswa maupun guru.
F.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan data merupakan upaya menghimpun
data yang diperlukan dalam rangka untuk memenuhi tujuan penelitian. pengumpulan
data adalah suatu proses untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan relevan
serta akan memberikan gambaran dari aspek yang akan diteliti. Prosedur yang
dapat ditempuh dalam kegiatan pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan
penelitian maka diperlukan:
1) Jenis
2) Metode
pengumpulan data.
1.
Jenis
dan Sumber Data
a.
Jenis
Data
Data yang berupa
fakta dan angka yang akan dijadikan bahan dalam menyusun informasi. Jenis data
dalam penelitian akan menentukan penerapan teknik analisis data yang akan
digunakan. Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif.
b.
Sumber
Data
Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1)
Data
Primer
Data yang diambil
dari pertanyaan yang sesuai dengan variabel penelitian yaitu motivasi dan
prestasi belajar di SMPN 12 Bandung semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2011/2012 yang berupa teknik
pembelajaran model PBL.
2)
Data
Sekunder
Data yang berupa
nilai prestasi siswa untuk pelajaran IPS yang dilihat melalui nilai ulangan
harian.
2.
Metode
Pengumpulan Data
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Dokumentasi. Untuk metode dokumen
ini mencari data yang sesuai berupa catatan dari dokumen atau arsip yang ada.
Data yang dapat dijaring dengan teknik dokumentasi adalah nilai ulangan harian dalam
pelajaran IPS kelas VII di SMPN 12
Bandung tahun ajaran 2011/2012. Untuk mengumpulkan
data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan antara lain
:
1.
Lembar
Kerja Siswa (LKS)
LKS ini merupakan
kumpulan pertanyaan dan percobaan yang akan didiskusikan oleh masing-masing
kelompok. Keseluruhan materi yang di diskusikan disesuaikan dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa lembar kerja siswa diberikan untuk masing-masing
siklus.
2.
Format
observasi keterlaksanaan pembelajaran model PBL
Keterlaksanaan
pembelajaran model PBL berisi poin yang merupakan tahap-tahap model
pembelajaran PBL beserta ketercapaiannya.
3.
Format
observasi motivasi belajar siswa
Format observasi
motivasi belajar siswa berisi tentang aspek-aspek minat belajar siswa yang
meliputi kesiapan belajar, keaktifan berdiskusi dan kerjasama kelompok.
4.
Soal
tes
Soal ini berupa
soal obyektif terdiri dari 20 soal yang berisi materi pokok IPS, tes tulis
dilakukan pada tiap siklus.
5.
Catatan
lapangan
Catatan lapangan
ini digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting dalam proses
pembelajaran, baik yang dilakukan siswa maupun guru.
G.
Indikator
Kinerja
Pada bagian ini berisi tentang tolak ukur
keberhasilan tindakan perbaikan yang dipaparka secara eksplisit yang akan
memudahkan verifikasinya. Indikator kinerja melalui PTK (penelitian tindakan
kelas) ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan konsep siswa. Tolak ukur
keberhasilan penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning)
dalam PTK ini adalah meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa.
1.
Indikator
keberhasilan motivasi dapat diketahui melalui nilai skor siswa yang termotivasi
dan siswa yang tidak termotivasi. Selain itu ditunjukkan dari motivasi siswa
untuk aktif pada waktu mengajukan pertanyaan, gagasan, hipotesis, dan
kesimpulan dalam kegiatan diskusi.
2.
Indikator
prestasi belajar siswa berdasarkan standar atau kriteria ketuntasan minimal
(SKM/ KKM), sebagai berikut:
a.
Penilaian
dilakukan dengan tes dalam bentuk soal kuis, dan lembar aktivitas siswa.
b.
Nilai rata-rata siswa minimal 70
c.
Terdapat peningkatan nilai rata-rata dari
siklus I ke siklus II.
3.
Indikator
keberhasilan prestasi dari hasil tes yang dilakukan setelah pembelajaran
berakhir mengalami peningkatan sebesar 13,56 dari siklus I sampai dengan siklus
II.
Daftar Pustaka
Amir, M. Taufik. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Kencana
Arikunto, Suharsimi. (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka
Cipta.
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian
Suatu pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Bachman, Edmund. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta:
Prestasi
Pustaka.
Hamalik, Oemar. 1993. Metode Belajar dan
Kesulitan Belajar. Surabaya:
Usaha Nasional.
Ibrahim, M dan Nur, M. 2005. Pengajaran
Berdasarkan Masalah. Surabaya:
University Press.
Izhab, Zaleha. (2008). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa.
Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Sanjana, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana.
Somantri, Muhammad Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Syaripudin, Tatang. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia
Sudjana. (1996). Metode
Statistika. Bandung: Tarsito.
Uno, Hamzah B. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi
Aksara
Wiriatmadja, Rochiati. (2007). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :
Remaja
Rosdakarya.
Wahidmurni.( 2005). Bahan Ajar Penelitian Pembelajaran.
Malang: Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam
Negeri Malang.
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Kurikulum 2002 ( Kurikulum Berbasis Kompetensi).
Kurikulum 2006 ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
http:// bismillah36. Wordpress.com
http://masnaguib.blogspot.com/2006/02/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html.
http://uswadi . blogspot.com
Tks mas Azhar Juniarto, artikelnya memberi pencerahan luar biasa
BalasHapusTks mas Azhar Juniarto, artikelnya memberi pencerahan luar biasa
BalasHapus